Leonardo da Vinci tercatat hidupnya selama 15 April 1452 – 2 Mei 1519 adalah seorang arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Beliau digambarkan sebagai arketipe “manusia renaisans” dan sebagai jenius universal.
Leonardo lahir pada tahun 1452 di kota Vinci, propinsi Firenze, Italia anak dari Ser Piero Da Vinci dan Caterina, jadi nama lengkapnya yaitu Leonardo di Ser Piero da Vinci yang berarti Leonardo putra Ser Piero asal kota Vinci.
Pada tahun 1476 tertuduh dengan kasus homoseksual dengan seorang model laki-laki berusia belasan tahun yang bernama Jacopo Saltarelli. Sehingga beberapa tahun itu Leonardo selalu berada di bawah pengawasan yang berwenang .
Mahakaryanya, Jamuan Terakhir(The Last Supper) pada tahun 1495 sampai tahun 1497 yang dilukis pada dinding biara Santa Maria di Milan, kini telah rusak akibat dimakan waktu. Lukisan terkenal lainnya adalah Mona Lisa yang kini terdapat di musium Louvre Paris. Sebuah spekulasi yang beredar tentang siapa sesungguhnya Mona Lisa antara lain menyatakan bahwa citra perempuan tersebut merupakan hasil rekaan wajah Da Vinci sendiri. Spekulasi yang lain menyatakan bahwa perempuan tersebut memang pernah ada, seorang istri pedagang.
Setelah wafatnya, sangat kuat ditengarai bahwa beliau pernah memegang peranan sebagai orang terkuat di sebuah organisasi rahasia bernama Priory of Sion yang berlaskarkan Knights Templar.
Kegeniusan Leonardo terlihat dari banyaknya bidang yang ia kuasai. Ia adalah pelukis, pematung, penemu, peneliti, ahli permesinan, ahli anatomi, matematika, ahli tumbuh-tumbuhan dan binatang, optik, aerodinamik, bahkan pemusik handal. Ia belajar tanpa ada batasnya. Tentu saja ini tidak berat karena ia tidak bekerja keras, ia hanya “bersenang-senang”. Untuk melukis manusia, ia secara khusus mempelajari anatomi tubuh manusia.
“I have offended God and mankind
because my work didn’t reach the quality it should have.”
Leonardo da Vinci
Leonardo tidak ingin membuat sebuah karya, tetapi ia ingin menciptakan sebuah Mahakarya, A Masterpiece. Sebuah karya seni dengan komposisi warna-warni yang begitu indah dengan detail yang nyaris sempurna seperti aslinya, sehingga semua yang melihatnya akan terpesona dan tersentuh hatinya. Tapi itu bukan yang utama..
Karyanya adalah persembahannya yang setinggi-tingginya kepada Tuhan. Leonardo ingin membuat karya yang begitu indahnya, sehingga bahkan Tuhanpun akan senang hati melihatnya. Sepanjang hidupnya tidak kurang 30 mayat yang ia bedah dan pelajari. Memang menjijikkan, tetapi jijik pun sebenarnya bukan masalah yang besar dan penting dibandingkan keagungan karyanya dan juga kemajuan ilmu anatomi manusia.
Sejak kecil, ia suka membaca di perpustakaan milik ayahnya di Florence. Saat dewasa, Leonardo mampu memiliki perpustakaan sendiri dengan banyak koleksi buku termasuk dari Dante dan Petrarch. Subjeknya juga beragam mulai dari matematika, anatomi, pengobatan, hingga buku-buku tentang peperangan. Dari sana pengetahuannya jadi makin luas dan tajam. Leonardo juga seorang visioner. Ia misalnya telah membayangkan mesin terbang seperti helikopter, kendaraan dengan pelindung besi (seperti tank), atau kapal yang bisa bergerak di bawah laut. Ia bahkan mendesain manusia mekanik yang dikenal sebagai Robot Leonardo, rancangan “robot” yang sering dianggap robot pertama dalam sejarah.
Pada lukisan itu, ia menggunakan teknik melukis yang sangat tinggi dan sulit ditiru, sfumato, sebuah teknik yang membuat lukisan terlihat seperti berkabut, tidak fokus, dengan transisi antar-warna yang luar biasa lembut dan halus. Monalisa terlihat begitu hidup, bahkan senyumannya pun mengundang penasaran dari semua orang yang melihatnya hingga sekarang.
Mengapa Monalisa tersenyum? Mengapa ia terlihat begitu bahagia?
Teknik yang digunakan oleh Da Vinci dan beberapa pelukis Renaisans lainnya untuk mencapai kehalusan ini disebut "Sfumato," dengan penguraian seperti itu memungkinkan para ilmuwan untuk menentukan komposisi dan ketebalan lapisan cat.
Philippe Walter, seorang ilmuwan senior di du Laboratoire , Paris Centre de halus et de Restorasi des Musees de France, mengatakan kepada CNN: "Ini akan membantu kita untuk memahami bagaimana Da Vinci membuat bahan lukisannya dan perbandingan campuran minyak yang dicampur dengan pigmen, sifat dari bahan organik, yang akan membantu para sejarawan seni. "
Walter dan rekan-rekannya menggunakan X-ray fluorescence (XRF) spektrometri untuk menentukan komposisi dan ketebalan setiap lapisan cat dari lukisan Mona Lisa di Museum Louvre di Paris, lukisan yang dilindungi oleh antipeluru itu. Seni sejarawan percaya lukisan itu dilukis oleh Da Vinci di tahun 1503.
Mereka menemukan ada beberapa lapisan tipis, satu atau dua mikrometer dan bahwa peningkatan ketebalan lapisan untuk 3-40 mikrometer di bagian-bagian yang lebih gelap dari lukisan itu. mikrometer adalah 1 / 1000 dari satu milimeter.
Hal ini menandai adanya satu teknik lukisan yang menggunakan lapisan es, memiliki lapisan yang sangat tipis , untuk membangun bayangan di wajah.
Cara Da Vinci melukis tubuhnya, "transisi melunak nya," adalah pekerjaan perintis di Italia pada akhir abad ke-15, mengatakan para peneliti, dan dikaitkan dengan kreativitas dan penelitian untuk memperoleh formulasi cat baru.
Walter mengatakan "hampir tidak sapuan kuas pada lukisan Mona Lisa yang kelihatan."
Penelitian yang dilaporkan dalam jurnal Angewandte Chemie, juga melihat beberapa lukisan Da Vinci lainnya dan akhirnya dapat membantu untuk menentukan kapan dan bagaimana ia melukis beberapa karya nya.
Namun, Walter, menambahkan: "Masih banyak misteri seputar Mona Lisa ini yang tidak kami mengerti mengapa ia melukis, tentang motivasinya, hanya tentang materi.."
Demikian menurut pengelola museum National Gallery di London, Inggris, Rabu 14 Juli 2010. Museum itu mengerahkan tim untuk memugar lukisan Virgin of the Rocks, yang membutuhkan waktu selama 18 bulan.
Pemugaran itu diantaranya membersihkan lapisan pernis pada lukisan yang kualitasnya sudah jauh menurun sejak terakhir dipugar di penghujung dekade 1940-an sehingga membuat lukisan terlihat buram.
Pembersihan pernis lama tersebut memungkinkan para pakar untuk melihat lebih dekat goresan-goresan asli da Vinci melalui kuas. Pembersihan itu mengungkapkan gaya melukis da Vinci, terutama di bagian-bagian yang gelap. Ini memberi kesan bahwa da Vinci membuat goresan-goresan yang khas pada gambar bebatuan.
Restorasi itu juga menegaskan bahwa da Vinci tampaknya melukis sendirian dan sengaja membuatnya tidak selesai.
Proyek pemugaran menunjukkan adanya bekas sketsa tangan pada gambar malaikat hingga gambar kepala tokoh-tokoh utama di lukisan itu. Ini konsisten dengan karya-karya da Vinci lainnya.
Dikenal sebagai "perfeksionis sejati," da Vinci diduga meninggalkan lukisan itu dalam keadaan belum selesai karena saat itu dia berharap bisa menyelesaikannya di lain waktu. Demikian ungkap juru bicara museum, Thomas Almeroth-Williams.
Di masa lampau, para cendekia yakin bahwa da Vinci dibantu oleh sejumlah asisten saat mengerjakan Virgin of the Rocks. Ini berdasarkan asumsi adanya guratan-guratan yang terlihat berbeda.
Lukisan itu diduga dibuat antara 1491 hingga 1508. Pada 2005, menggunakan teknologi infra merah, para pakar menemukan dua bentuk sketsa yang tersembunyi di bawah permukaan lukisan. Bentuk yang satu tidak pernah dilukis, sedangkan yang lain mengungkapkan bahwa da Vinci berulang kali berubah pikiran atas subyek yang ingin dia gambar.
Menggabungkan gaya detektif, thriller dan teori konspirasi, novel ini telah membantu mempopulerkan perhatian terhadap sebuah teori-teori tentang legenda Piala Suci (Holy Grail) dan peran Maria Magdalena dalam sejarah Kristen - teori-teori yang oleh Kristen dipertimbangkan sebagai ajaran sesat dan telah dikritik sebagai sejarah yang tidak akurat.
Buku ini adalah bagian kedua dari trilogi yang dimulai Dan Brown dengan novel Malaikat dan Iblis (Angels and Demons) pada tahun 2000, di mana diperkenalkan karakter Robert Langdon. Pada November 2004, Random House menerbitkan "Edisi Spesial Ilustrasi", dengan 160 ilustrasi yang berselingan dengan teks.
Buku ini dibuka dengan pengakuan Dan Brown bahwa "Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat," walaupun klaim ini diperdebatkan oleh para sarjana akademisi dalam diskusi-diskusi.
Dalam buku fiksi Dan Brown yang sangat terkenal, “The Da Vinci Code” (2003), lukisan The Last Supper, dikatakan mengandung misteri terbesar dalam sejarah umat Kristen yang dijaga ketat, bahkan dengan nyawa para pelindungnya selama beribu-ribu tahun .
(hawkson)
Pertamax!!
Baca dulu ah